Sabtu, 30 Oktober 2010

Tulisan 2 Pengantar Bisnis

1.Mulai Belajar Hidup Mandiri!


Pernahkah anda semua berpikir sejenak akan kerjakeras orangtua kalian? Kerjakeras membanting tulang, memeras keringat hanya untuk mengongkosi biaya sekolah atau kuliahmu. Boleh dibilang, mereka tidak ada rasa patah semangat untuk mencari harta itu. Sebagai timbal balik, mestinya kamu bersyukur pada Tuhan lebih-lebih buat orangtua: setidaknya dengan rajin belajar maupun torehan-torehan prestasi akademik juga non-akademik.

Prestasi yang membanggakan itu barangkali menjadi tebusan dari kerjakeras mereka. Tentu, mereka bahagia manakala anaknya berprestasi. Sebaliknya, orangtua akan murka jika selain kamu telah menghabiskan harta bendanya, berani kepadanya dan sama sekali tidak berprestasi.

Hari berganti hari, bulan pun silih berganti, tahun berganti tahun: usia kamu pasti semakin tambah dewasa. Yang kelas X, setahun kemudian bakal naik kelas XI, selanjutnya kelas XII. Lulus dari SMA masuk ke perguruan tinggi: semester I hingga dan seterusnya. Itulah fase kehidupan yang pasti kamu alami.

Ketika makin tambah besar alias dewasa sudah selayaknya kamu memulai hidup mandiri. Artinya, orangtua pasti nggak akan nglupain ongkos pendidikan kamu. Namun, alangkah lebih afdol-nya jika mulai sekarang ngumpulin uang dari jerih payah sendiri. Hal itu sebagai bekal saat kamu lulus nantinya. Apalagi saat ini mencari pekerjaan tak semudah yang kamu bayangkan. Jumlah lapangan pekerjaan tak sebanding dengan yang pencari pekerjaan: banyak yang mau cari kerja daripada lapangan pekerjaannya. Lalu gimana caranya?

1. Pilih Sampingan yang Cocok
Misalkan menunggui warnet, toko, counter hape bisa kamu lakuin asalkan tidak mengganggu jam pelajaran maupun kuliah. Bisa juga menjajakan pakaian, sovenir maupun pernak-pernik pada temen dekat di sekolah maupun kampus kamu. Toh, hasilnya lumayan juga bisa nambahin saku dari orangtua. Menulis di media massa juga tak masalah. Setiap karya yang dipublikasikan di media mendapatkan honor dari redaksi. Alhasil, pilihlah kerja sampingan yang memang cocok dan pas sesuai dengan kemampuan kamu.

2. Jangan Borosin Uang!
Punya kerja sampingan berarti kamu sudah punya pemasukan sendiri. Jika orangtua masih mau ngongkosi biaya pendidikanmu artinya kamu memiliki pemasukan ganda. Tapi, jangan mentang-mentang dompet lagi tebal, terus berboros-boros ria. Liat barang ini, dibeli. Liat barang itu, juga dibeli. Wah, jangan sampai. bisa-bisa cepet ludes dech kamu punya uang.

3. Atur Pemasukan and Pengeluaran
Memenej (atur) pemasukan plus pengeluaran mesti kamu lakuin. Menganut pada prinsip ekonomi pengeluaran kamu tidak boleh lebih besar dari pemasukanmu. Artinya, kamu mesti punya target, bulan ini mau ngeluarin buat apa? Sehingga, dengan target itu pemasukan and pengeluaran menjadi seimbang.

4. Gemar Menabung
Menabung juga mesti kamu lakuin biar hartamu nggak cepet habis alias ludes. Oia, jangan simpen kamu punya uang dibawah bantal. Bisa-bisa sewaktu-waktu kamu liat hasrat untuk menghabiskannya kian membara. Lebih baik tabung tuch uang di bank terdekat dari tempat tinggalmu. Minimal dalam setiap bulan kamu mesti titipin tuch uang ke bank.

5. Sedekah untuk Kebajikan
Sisihkan sebagian hartamu meski sedikit untuk bersedekah! Tentu bersedekah sesuai dengan kemampuan yang kamu miliki. Kalo punyanya cuman sedikit, berikanlah yang sedikit itu. Sebaliknya, kalo punya banyak, santunkahlah yang banyak itu. Memberikan dan menyantunkan sebagian uang itu bagi yang memerlukan: untuk fakir miskin, sarana sosial maupun saudara-saudara kita yang tertimpa musibah. Dengan sedekah itu kita cuman bisa memohon agar Tuhan senantiasa melapangkan rizki bagi SwaraMuda semua. Begitu.


2.Ciri-Ciri Hidup Mandiri

Agar siswa dapat mandiri dalam belajar maka siswa harus mampu berfikir kritis, bertanggung jawab atas tindakannya, tidak mudah terpengaruh pada orang lain, bekerja keras dan tidak tergantung pada orang lain. Ciri-ciri kemandirian belajar merupakan faktor pembentuk dari kemandirian belajar siswa.

Menurut Chabib Thoha (1996: 123-124) membagi ciri kemandirian belajar dalam delapan jenis, yaitu :
a)    Mampu berfikir secara kritis, kreatif dan inovatif.
b)    Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain.
c)    Tidak lari atau menghindari masalah.
d)    Memecahkan masalah dengan berfikir yang mendalam.
e)    Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain.
f)    Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain.
g)    Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan.
h)    Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.

Sementara itu Yohanes Babari (2002:145) membagi ciri-ciri kemandirian dalam lima jenis, yaitu :
1)    Percaya diri
2)    Mampu bekerja sendiri
3)    Menguasai keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan kerjanya
4)    Menghargai waktu
5)    Bertanggung jawab
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil simpulan bahwa ciri-ciri kemandirian belajar pada setiap siswa akan nampak jika siswa telah menunjukkan perubahan dalam belajar. Siswa belajar untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan padanya secara mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.
(sumber http://sutisna.com/)


3. Gaya Hidup Mandiri

Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepada sesuatu yang lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelebihan dan kekurangan tersebut untuk mencapai tujuan. Nalar adalah alat untuk menyusun strategi. Bertanggung jawab maksudnya melakukan perubahan secara sadar dan memahami betuk setiap resiko yang akan terjadi serta siap menanggung resiko dan dengan kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup yang mandiri. Dengan gaya hidup mandiri, budaya konsumerisme tidak lagi memenjarakan manusia. Manusia akan bebas dan merdeka untuk menentukan pilihannya secara bertanggung jawab, serta menimbulkan inovasi-inovasi yang kreatif untuk menunjang kemandirian tersebut.
(Sumber http://blog.dunixi.com/?p=191)


4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Hidup Mandiri

Menurut pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.

Lebih lanjut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal).

Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi (Nugraheni, 2003) dengan penjelasannya sebagai berikut :
a.Sikap. Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.

b.Pengalaman dan pengamatan. Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.

c.Kepribadian. Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.
d.Konsep diri. Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku.

e. Motif. Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.

f. Persepsi. Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia.

Adapun faktor eksternal dijelaskan oleh Nugraheni (2003) sebagai berikut :
a. Kelompok referensi. Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.

b. Keluarga. Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu.Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.

c. Kelas sosial. Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan.

d. Kebudayaan. Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup berasal dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif , dan persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan.
(Sumber http://blog.dunixi.com/?p=191)


5. Indahnya Hidup Mandiri

Adalah hal yang lumrah ketika banyak diantara kita yang merindukan hidup segera mandiri terutama bagi seorang mahasiswa. Lepas dari ketergantungan biaya dari orang tua memang prestasi terhebat. Mengingat sudah berumur menjelang atau sudah diatas 20 tahun, namun masih saja takut dengan pemutusan Program bea siswa rutin orang tua tiap bulannya. Ya Mandiri, itu semua hanya impiam belaka, mimpi kosong di siang bolong. No action, no result.  Yang pengen mandiri itu banyak, tapi yang benar-benar jadi hanya sebagian kecil saja. Ini memang fakta yang sudah tak terbantahkan lagi.

Memang nyaman ke kampus pakai mobil, motor, walau milik orang tua. Memang enak kalau mau makan tinggal ambil duit ke ATM. Memang asyik bila mau jalan-jalan, duitnya tinggal telepon orang tua. Memang nikmat kalau kuliah tinggal nunggu kiriman bokap. Tapi, pernahkah kita berfikir bahwa kenyamanan tersebut telah mendidik kita menjadi pribadi yang pasif, bermental miskin, dan mematikan sejuta potensi kreatifitas kita? Hal ini perlu menjadi renungan. Kapankah kita akan berhenti bergantung pada orang tua sementara diri kita tak pernah disiapkan untuk menjadi pribadi yang mandiri? Apakah kita tak pernah berfikir bahwa orang tua tak pernah mendambahkan anak yang selalu bergantung padanya, tak bisa mandiri?
Saudaraku, sudah saatnya kita keluar dari zona nyaman ini (kondisi pasif), sungguh ini tak mendidik untuk maju. Saya kira ada 5 poin penting yang perlu kita persiapkan untuk menjadi pribadi yang bermental kaya, pemuda mandiri :

1. Visi hidup yang jelas, terukur, dan besar.
Disainlah hidupmu. Mau dibawa kemana hidupmu 5, 10, atau 20 tahun yang akan datang. Hal apa saja yang harus kau lakukan dan untuk apa. Namun satu catatan penting, hiduplah untuk memberi yang sebesar-besarnya bukan menerima yang sebesar-besarnya.

2. Bermental Pemuda
Selalulah berkata bahwa pemuda itu adalah mereka yang bermental bagaikan baja bukan kerupuk. Berani untuk memulai, berproses, dan berani pula menerima hasilnya.

3. Now or never
Jangan pernah berkata ‘ besok saja’ tapi katakanlah ‘sekarang atau tidak sama sekali’. Hanya ada satu kesempatan dalam hidup ini, kesempatan yang sama tak pernah berulang.

4.Mulai dari hal yang kecil.
Mulailah menata pengeluaran harian, aturlah rencana pengeluaran, carilah berbagai peluang yang bisa membuat anda berpenghasilan, tangkap satu atau dua saja yang menurut anda berprospek, lalu fokuslah.

5.Nikmati Proses dan Syukuri setiap yang anda lakukan.
Apapun yang kita lakukan di dunia ini tak pernah mangkir dari proses. Agar proses berjalan mulus maka nikmatilah setiap lika-likunya, dan bersyukurlah…!
Buktikanlah, dan lihatlah apa yang akan terjadi pada diri anda
(sumber http://mahasiswait.students-blog.undip.ac.id/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar